3 Penipuan Digital yang Semakin Mengkhawatirkan di Tahun 2025

3 Penipuan Digital

Evolusi teknologi digital tidak hanya menghasilkan kemajuan, tetapi juga memicu timbulnya 3 penipuan digital ini kejahatan siber yang semakin rumit, dan membahayakan jutaan pengguna di seluruh penjuru dunia.

Menurut laporan dari Cybersecurity Ventures, kerugian akibat kejahatan siber global pada 2024 mencapai angka fantastis: sekitar US$9,5 triliun atau setara dengan Rp153.929 triliun. Jika kejahatan digital dipandang sebagai entitas ekonomi, maka nilainya akan menempati posisi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Tiongkok.

Kerugian ini bukan hanya berupa uang yang dicuri, tetapi juga mencakup pencurian data, gangguan terhadap aktivitas bisnis, biaya pemulihan sistem, kerusakan reputasi, hingga sanksi hukum.

Berikut adalah 3 Penipuan Digital yang paling mengancam sepanjang 2025:

1. Penipuan Berbasis Kecerdasan Buatan (AI)

AI dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, tetapi juga menjadi senjata berbahaya di tangan pelaku kejahatan digital. Salah satu bentuk penyalahgunaan AI adalah pembuatan deepfake, yaitu manipulasi visual yang tampak sangat meyakinkan meski sepenuhnya palsu.

Kejadian nyata terjadi di Singapura, ketika kelompok penipu mengirim video deepfake dengan wajah pejabat lokal yang dimanipulasi ke dalam situasi memalukan. Video itu dijadikan alat pemerasan, dengan tuntutan pembayaran dalam bentuk kripto agar video tidak disebarluaskan.

Tidak hanya itu, Dalam cara ini, penipu terlihat seolah menjalin ikatan emosional dengan korban sebelum mereka menipu untuk berinvestasi di platform yang tidak ada. Dengan bantuan teknologi AI, penipu dapat mengelola banyak akun palsu secara bersamaan, yang dilengkapi dengan profil, kegiatan, dan bahkan bisa melakukan video call palsu dengan suara yang sudah dikloning.

2. Serangan Phishing yang Makin Canggih

Phishing, yakni penipuan dengan menyamar sebagai entitas terpercaya untuk mencuri data pribadi, masih marak dan bahkan berkembang ke level yang lebih tinggi. Saat ini, banyak metode phishing menargetkan peluncuran produk-produk digital terkenal.

Contohnya, permainan seperti GTA V atau konsol Nintendo yang terbaru seringkali dijadikan alasan. Pelaku menawarkan akses awal atau versi bajakan, lalu menjebak korban untuk memasukkan data pribadi mereka. Bahkan film-film besar seperti Superman dan Jurassic World Rebirth turut dimanfaatkan untuk menjual merchandise palsu atau menawarkan link streaming palsu.

Sistem langganan yang kini banyak digunakan juga menjadi sasaran, dengan pelaku membuat situs tiruan layanan streaming yang dirancang agar terlihat seperti aslinya, tetapi tujuannya mencuri informasi sensitif.

3. Penipuan Melalui Gmail

Sebagai platform email yang sangat populer, Gmail juga tidak luput dari serangan. Penipuan terbaru bahkan berhasil menipu Adam Mosseri, kepala Instagram. Ia menerima email yang terlihat sah, seolah-olah berasal dari Google, lengkap dengan tautan menuju situs berbahaya.

Email tersebut tampak datang dari alamat resmi seperti forms-receipts-noreply@google.com dan mengarahkan ke laman buatan di Google Sites. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku kini memanfaatkan infrastruktur sah untuk mengelabui korban, sehingga semakin sulit dikenali.
Tingginya kecanggihan serangan digital di tahun 2025 menuntut kewaspadaan ekstra. Jangan mudah percaya dengan pesan mencurigakan, selalu periksa keaslian sumber informasi, dan gunakan perlindungan keamanan digital yang memadai. Baca berita berikutnya disini.