Serial fenomenal ‘Squid Game‘ kembali menjadi sorotan setelah sutradara dan kreatornya, Hwang Dong-hyuk, mengungkapkan sebuah fakta mengejutkan pernah menginginkan ending bahagia. Ia mengaku pernah sempat terpikir untuk memberikan akhir yang bahagia (happy ending) bagi musim ketiga serial hit tersebut. Sebuah ide yang sangat berbeda dengan suasana suram dan kejam yang selama ini menjadi identitas Squid Game.
Namun, seperti yang kini diketahui para penggemar, ide tersebut pada akhirnya tidak terealisasi yaitu, menginginkan ending bahagia. Musim 3 Squid Game baru saja ditutup dengan kematian yang menyedihkan dari tokoh utama, Gi-hun (Lee Jung-jae), yang mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan seorang bayi yang lahir selama permainan mematikan itu. Sebuah ending yang mengguncang emosi dan memicu banyak perbincangan.
“Pada saat saya mulai mempertimbangkan musim kedua, saya memiliki visi kabur bahwa Gi-hun akan kembali ke permainan, mungkin untuk menghancurkannya atau setidaknya membantu beberapa orang melarikan diri, dan bertemu dengan putrinya di AS,” ucap Hwang Dong-hyuk, seperti dilansir Korea Herald pada awal Juli 2025.
Ia melanjutkan, “Itu lah alur cerita kasar yang awalnya ada dalam pikiran saya. Namun, ketika saya mulai betul-betul menulis proyek ini, saya bertanya pada diri sendiri, ‘Apa kisah yang sesungguhnya ingin saya sampaikan?’ Dan itu membuat saya menyadari bahwa perjalanan Gi-hun harus berakhir di sini.” Penulis dan sutradara ini akhirnya memilih jalur yang lebih gelap, yang menurutnya lebih jujur terhadap pesan yang ingin disampaikannya.
Cerminan Realitas Dunia yang Makin Suram
Hwang Dong-hyuk kemudian menegaskan bahwa serial Squid Game sejak awal telah berfungsi sebagai refleksi dari realitas saat ini. Realitas yang, menurut pengakuannya, semakin lama semakin serius dan mengkhawatirkan setiap tahunnya.
“Dibandingkan saat saya menciptakan Musim 1, keadaan dunia semakin memburuk.” Ketimpangan ekonomi semakin melebar, kehidupan masyarakat biasa semakin sulit, dan konflik terus meningkat tanpa indikasi akan selesai,” ujarnya dengan suara penuh keprihatinan.
“Namun, sepertinya orang-orang tidak memiliki niat atau kemampuan untuk mengatasinya.” Apabila situasi tetap seperti ini, masa depan terlihat sangat gelap. Itu adalah kenyataan yang menurut saya perlu ditangani,” tambahnya. Pernyataan ini menegaskan bahwa Squid Game bukan hanya hiburan semata, melainkan sebuah kritik sosial yang tajam terhadap kondisi dunia saat ini.
Ia menyatakan bahwa cerita tragis Gi-hun bertujuan untuk menekankan tema-tema tersebut. Kematian Gi-hun, yang dilukiskan sebagai “proses menyakitkan bagi individu seperti Gi-hun, yang biasa atau bahkan kurang dari biasa,” menjadi lambang keputusasaan dan usaha pribadi di tengah sistem yang kejam.
Permainan Anak-Anak Berbalut Kematian dan Pemberontakan Gagal
selain itu pesan sosial yang tegar, salah satu faktor yang menolong menjelaskan Squid Game bagi penonton di seluruh dunia adalah penerapan permainan anak-anak tradisional Korea yang diubah menjadi rintangan mematikan yang ganas. Kontras antara kesucian permainan masa kecil dan kekejaman kompetisi untuk bertahan hidup menciptakan ketegangan dan kengerian yang tak terlupakan.
Squid Game 3 berencana melangsungkan kisah dari akhir musim kedua. Musim kedua yang penuh dengan kegagalan pemberontakan, pengkhianatan yang menyayat hati, dan kehilangan seorang sahabat yang membuat Gi-hun terpuruk. Pengalaman pahit ini menempa Gi-hun, memaksanya membuat beberapa pilihan penting dalam menghadapi keputusasaan yang luar biasa.
Ia dan para pemain yang selamat, yang jumlahnya semakin menipis, didorong ke dalam permainan yang lebih mematikan, yang menguji tekad dan moralitas semua orang. Pertarungan untuk bertahan hidup menjadi semakin brutal, dan batas antara yang baik dan buruk menjadi semakin kabur.
Dengan pengungkapan ini, para penggemar kini semakin memahami filosofi di balik keputusan kreatif Hwang Dong-hyuk. Bahwa di balik layar, ia memilih untuk tetap setia pada visi awalnya: merefleksikan realitas yang keras, meskipun itu berarti mengorbankan “akhir yang bahagia” yang pernah terlintas dalam benaknya. Baca berita lain di sini.
