Dulu, diabetes, penyakit jantung, atau bahkan stroke identik dengan lansia. Namun, kini bayangan kelam serius tersebut semakin nyata penyakit hantui anak muda indonesia. Sebuah pergeseran gaya hidup yang mencemaskan, ditandai dengan serbuan makanan instan, tingkat stres yang melambung, dan minimnya aktivitas fisik, menjadi biang keladi di balik fenomena ini. Menggemparkan! SKI 2023 membongkar kenyataan pahit: generasi usia 20-an kian terperosok ke jurang penyakit kronis, sebuah ironi menyakitkan mengingat betapa mudahnya sebetulnya mereka menghindarinya.
Ini bukan lagi sekadar peringatan, melainkan realitas pahit yang harus segera disadari. Berikut adalah lima penyakit serius yang kini banyak penyakit hantui anak muda di Indonesia, mengubah peta kesehatan bangsa secara drastis:
1. Hipertensi: Si Pembunuh Senyap yang Mengintai Sejak Dini
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, yang sebelumnya kerap dianggap masalah orang dewasa, sekarang menjadi ancaman bagi generasi muda. SKI 2023 mengungkapkan bahwa prevalensi hipertensi untuk usia 15-24 tahun mencapai 9,3 persen, dan melonjak menjadi 17,4 persen pada usia 25-34 tahun. Angka ini jauh dari kata sepele, mengingat dampak lanjutannya yang mengerikan seperti penyakit jantung, stroke, hingga gagal ginjal.
Spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Berlian Idriansyah Idris, SpJP, menegaskan bahwa hipertensi pada anak muda semakin umum. “Ia menekankan, ‘Begitu hipertensi terkonfirmasi, langkah selanjutnya adalah investigasi mendalam untuk melihat sejauh mana organ vital seperti jantung dan ginjal telah terpengaruh.’. Mengingat sedikitnya gejala awal, pemeriksaan tekanan darah secara berkala menjadi penting untuk deteksi awal dan pencegahan komplikasi yang serius.
2. Penyakit Jantung: Gaya Hidup Modern, Hati yang Lebih Rentan
Gaya hidup serba cepat, kurang gerak, kebiasaan merokok, serta diet tinggi garam, lemak, dan gula telah menciptakan badai sempurna bagi kesehatan jantung anak muda. SKI 2023 mencatat prevalensi penyakit jantung pada kelompok usia 15-24 tahun dan 25-34 tahun sama-sama 0,11 persen. Meskipun angkanya terkesan kecil, dr. Berlian Idriansyah Idris mengingatkan bahwa masalah kardiovaskular semakin rentan dialami generasi muda.
“Ia menggarisbawahi, ‘Tak bisa dipungkiri, generasi muda yang akrab dengan begadang dan tidur tak berkualitas sangat berisiko memicu masalah jantung’. Kurangnya kesadaran untuk melakukan pemeriksaan jantung secara teratur memperburuk keadaan, sehingga penyakit ini seringkali baru teridentifikasi ketika sudah berada di tahap lanjut.
3. Stroke: Serangan Otak yang Tak Pandang Usia
Stroke, kondisi medis serius yang dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian, juga bukan lagi monopoli usia senja. Data SKI 2023 menunjukkan prevalensi stroke pada usia 15-24 tahun mencapai 0,1 persen, dan melompat menjadi 0,5 persen pada kelompok 25-34 tahun. Ini berarti, 1 dari 1.000 anak muda usia 15-24 tahun dan 5 dari 1.000 orang di usia 25-34 tahun berisiko terserang stroke.
Spesialis saraf, dr. Reza Aditya Arpandy, SpS, menjelaskan bahwa stroke di usia muda sangat berkaitan dengan gaya hidup buruk dan faktor risiko yang tidak terkontrol, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Padahal, penyakit ini sebenarnya sangat mungkin dicegah jika kesadaran akan pola hidup sehat ditanamkan sejak dini.
4. Diabetes Melitus: Manisnya Gaya Hidup, Pahitnya Penyakit
Peningkatan jumlah kasus diabetes melitus di kalangan anak muda menunjukkan secara jelas betapa berisikonya pola makan kontemporer. SKI 2023 mencatat prevalensi diagnosis diabetes dari dokter pada usia 15-24 tahun kurang dari 0,05 persen, namun melonjak menjadi 0,2 persen pada kelompok 25-34 tahun. Yang lebih mengkhawatirkan, hasil pemeriksaan kadar gula darah menunjukkan bahwa prevalensi di kelompok usia 15-24 tahun mencapai 1,8 persen, sementara untuk kelompok usia 25-34 tahun mencapai 5,3 persen.
dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, menegaskan bahwa diabetes melitus tipe dua pada usia muda sangat erat kaitannya dengan obesitas dan konsumsi kalori berlebihan, terutama dari karbohidrat, lemak, dan gula simpel. “Jumlah orang dengan diabetes yang memiliki perilaku kesehatan buruk semakin meningkat,” ujarnya, menunjukkan bahwa pilihan gaya hidup adalah faktor penting.
5. Penyakit Ginjal Kronis: Bahaya Minuman Manis dan Begadang
Kasus gagal ginjal di usia muda yang sempat viral, seperti kisah Ridwan Fadhil yang mengidap gagal ginjal di usia 20 tahun karena kebiasaan minum manis, begadang, dan konsumsi junk food, menjadi pelajaran berharga. Mengkhawatirkan! Data SKI 2023 mengungkap: prevalensi penyakit ginjal kronis, yang dulu dianggap ‘penyakit tua’, kini sudah mengintai 0,02 persen anak muda 15-24 tahun, bahkan melonjak ke 0,07 persen di rentang usia 25-34 tahun.
Yang lebih mencengangkan, proporsi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani cuci darah pada kelompok 15-24 tahun mencapai 16,2 persen, dan 31,4 persen pada usia 25-34 tahun. Ini adalah alarm keras bagi generasi muda untuk mengubah kebiasaan buruk demi menjaga kesehatan ginjal mereka.
Fenomena ini adalah panggilan darurat bagi semua pihak: pemerintah, orang tua, sekolah, dan terutama penyakit hantui anak muda sendiri. Edukasi tentang pentingnya gaya hidup sehat, deteksi dini, dan perubahan pola hidup adalah kunci untuk memutus rantai penyebaran penyakit-penyakit serius ini di usia produktif. Apakah kita sudah bersedia untuk melawan isu kebugaran di masa depan, ataupun akan stabil membiarkan hingga data ini semakin memuncak. Baca berita lain di sini.

